By. Firwan Firdaus

Harapan berasal dari kata harap, menurut KBBI adalah, mohon, minta, hendaklah, keinginan supaya sesuatu terjadi, selalu berharap, selalu merindu, selalu menanti. Secara umum, harapan adalah menginginkan sesuatu yang lebih baik, baik berupa materi atau non material. Sedangkan kenyataan menurut KBBI adalah hal yang nyata, yang benar-benar ada, terbukti. Manusia sering banyak mempunyai harapan atau berharap akan terjadi sesuatu yang menyenangkan hatinya, baik berupa material maupun non material. Kadang-kadang orang sering berhalusinasi untuk mendapatkan sesuatu yang mungkin diluar kapasitas kemampuannya. Mengharapkan sesuatu terjadi tanpa diiringi dengan usaha kerja keras yang bersungguh-sungguh dan doa, terasa seperti pekerjaan yang sia-sia. Banyak peristiwa yang terjadi diluar prediksi semula. Berharap sesuatu yang baik memang tidak masalah, hanya saja harapan tanpa usaha tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang diimpikan. Bermimpi untuk menjadi sesuatu atau mendapatkan sesuatu memang perlu juga dalam konteks untuk memberi motivasi kepada diri sendiri untuk bekerja lebih keras agar impiannya terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak juga orang menjadi sukses, bermula dari hanya sekedar mimpi-mimpi yang indah dan dengan tekadnya yang sangat kuat disertai doa yang bersungguh-sungguh kepada Allah Swt, mimpinya itu dapat diwujudkannya menjadi kenyataan. Kesuksesan yang sebenarnya yaitu sukses tapi mulia memang harus selalu melalui jalan yang sulit. Jika jalannya mudah biasanya ada sesuatu yang salah, misalnya ada penyimpangan dari jalan yang lurus, mungkin juga ada sedikit unsur kriminalitas. Sukses tapi mulia akan selalu mendatangkan berkah, sedangkan sukses tapi tidak mulia, akan selalu mendatangkan malapetaka. Kesuksesan yang berkah itu biasanya memerlukan pengorbanan lahir dan batin, ujian yang dilalui biasanya sangat berat. Untuk dapat lulus ujian hidup yang berat memerlukan kesabaran yang tinggi. Terlalu banyak keinginan dapat menjebak diri kita sendiri menjadi halunasi. Kita harus dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan kita yang sebenarnya. Jangan sampai keinginan melebihi dari kebutuhan yang riil.

Dari “Teori Hirarki Maslow” menyatakan bahwa ada lima tingkatan kebutuhan manusia. Dimulai dari yang paling rendah yaitu, kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, udara, rumah, pakaian dan seks. Kebutuhan rasa aman seperti, perlindungan fisik manusia, aman dari gangguan kriminilitas, dapat hidup aman dan nyaman. Kebutuhan Social seperti, rasa memiliki dan dimiliki agar diterima oleh orang-orang lingkungan sekelilingnya. Kebutuhan ego yaitu kebutuhan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya, menjaga status, prestise, reputasi yang lebih baik. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan seseorang ingin diakui sebagai seseorang yang terbaik dalam bidang tertentu atau mengekpresikan kemampuan dirinya dalam aktifitas tertentu. Setiap individu tidak sama kebutuhannya, sangat tergantung dari keinginan, latar belakang pendidikan, pengetahuan keagamaannya, lingkungan, ethos kerjanya, dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang maka semakin besar biaya dan resiko yang dihadapi.

Sesungguhnya dibalik kesulitan itu, ada kemudahan (QS. Al-Insyirah {94}: 5-6), oleh karena itu, asal kita mau berusaha dan sabar menjalani kesulitan maka pada akhirnya kemudahan juga akan muncul. Manusia suka merintih dan memohon dengan segala cara kepada Allah Swt dikala diberi kesusahan dan kesulitan, tetapi setelah diberi kesenangan kebanyakan manusia lupa diri, tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Manusia sering mengira bahwa kesuksesannya karena usaha kerasnya semata. Padahal tanpa pertolongan Allah Swt, tidak akan terjadi kesuksesan tersebut. Semua aktifitas manusia tidak dapat lepas dari intervensi dari Allah Swt. Allah dapat membolak-balikkan keadaan kehidupan manusia. Allah akan memberikan rezeki kepada manusia yang dikehendakinya dan sebaliknya Allah juga dapat memberikan kemiskinan kepada manusia yang dikehendakinya dan tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah Swt.

Banyak juga orang yang terjebak dalam mencari kepuasan hidup, padahal kepuasan hidup itu sangat relative untuk setiap orang karena kemampuan berusaha untuk setiap orang memang sangat berbeda. Dipandang dari sisi watak manusia maka manusia itu hakekatnya tidak akan pernah puas, oleh karena itu harus dapat membatasi diri dengan cara banyak beribadah, bersyukur dengan apa yang ada dan berserah diri kepada Allah Swt. Rasa selalu tidak puas adalah sifat yang tidak baik karena hal ini pengaruh nafsu yang tidak terkendali dari godaan setan. Tidak ada gunanya mendapat harta banyak tetapi tidak berkah. Harta yang tidak berkah biasanya cepat habis dalam waktu singkat, sebaliknya harta yang berkah walaupun sedikit, biasanya akan bertahan lama. Orang yang selalu bersyukur, akan merasa puas dengan apa yang dia dapat. Allah Swt pasti akan menambah rezeki orang yang pandai bersyukur dan bersabar. Harapan dan kenyataan tidak selalu sama, yang penting usaha harus maksimal, sedangkan hasilnya serahkanlah kepada Allah Swt. Jangan mudah kecewa karena takdir Allah berlaku untuk semua manusia di dunia ini. Allah yang meciptakan manusia maka Allah jugalah yang mengatur manusia. Kewajiban manusia hanyalah beribadah, berusaha dan berdoa.

*)Tulisan ini dikutip dari karya buku Firwan Firdaus yag berjudul: Kisah Berkalung Hikmah.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?