By. Firwan Firdaus

Mengelola diri adalah memanage diri secara utuh sehingga semua perbuatan manusia secara lahir dan batin sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW. Mengelola diri yang paling sulit adalah mengelola hawa nafsu manusia, sesuatu yang tidak mudah dilaksanakan. Banyak tantangan yang harus dihadapi baik godaan dari dalam diri sendiri ataupun dari lingkungan sekitar kehidupan kita. Godaan setan yang secara terus menerus meneror manusia membuat manusia mudah terpeleset, hanya karena hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan. Banyak sekali orang yang tiba-tiba hancur kehidupannya dalam sekejab, hanya karena terlalu mengikuti hawa nafsu yang menjurus kepada keserakahan dunia tanpa memikirkan kehidupan akhirat. Banyak sekali rumah tangga hancur dalam sekejab hanya karena mengikuti hawa nafsu untuk kawin lagi. Rumah tangga yang sudah dibangun bertahun-tahun dapat sirna dalam waktu singkat. Diri kita ini memang harus selalu waspada terhadap segala macam godaan duniawi.

Dunia ini tempat ujian, bukan untuk bersenang-senang, maka kita harus hati-hati dalam mengelola diri. Kita tidak boleh hanyut oleh kesenangan dunia. Berpikir dulu seratus kali sebelum muncul penyesalan di kemudian hari. Lebih baik menyesal sekarang daripada menyesal nanti setelah meninggal, seperti contoh kisah manusia yang menyesal setelah kematian, yang dikatakan Allah Swt di dalam Al-Qur’an: “Ya Tuhan kami, beri kami kesempatan kembali ke dunia walau hanya sesaat, niscaya kami akan memenuhi panggilan-Mu dan mengikuti perintah-Mu”. (QS.Ibrahim{14}: 44). Mempersiapkan diri dengan ilmu akhirat lebih utama dibandingkan dengan ilmu tentang dunia. Ilmu dunia yang kita pelajari harus mempunyai kontribusi pahala untuk di akhirat nanti. Harus ada kesimbangan ilmu yang dipelajari diantara dunia dan akhirat. Harus juga ada keseimbangan hubungan antara diri pribadi dengan Allah SWT dan hubungan diri pribadi dengan manusia lainnya. Semuanya harus berjalan dengan baik dan lancar. Kita tidak mungkin hidup sendirian di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Sebagai contoh, di keluarga, kita selalu harus bergantung satu sama lain, antara suami dan isteri, antara bapak dan anak, antara ibu dan anak, juga hubungan dengan tetangga dan keluarga lainnya, hubungan dengan teman sekantor, dan sebagainya. Kita harus selalu berkolaborasi satu sama lain, dengan niat utama yang selalu dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Saling tolong menolong, saling ingat mengingatkan dan saling nasehat menasehati adalah cara hidup yang perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar muncul ketentraman dan keharmonisan dalam bermasyarakat serta ketenangan dalam beribadah kepada-Nya. Sifat suka menolong ini harus dimulai sedini mungkin dari diri pribadi, isteri, anak-anak, lingkungan keluarga besar, lingkungan tetangga, lingkungan warga, lingkungan teman sekolah, lingkungan teman kantor, lingkungan organisasi dan masyarakat luas. Jika masing-masing orang dapat berbuat kebaikan secara simultan maka akan terbentuk lingkungan masyarakat yang tertib, disiplin dan beretika, sehingga negara menjadi aman dari segala perbuatan yang negative dan criminal, serta rakyatnya menjadi makmur dan sejahtera. Sebagai contoh negara yang sudah menerapkan prinsip saling tolong menolong, sejahtera dan paling aman di dunia adalah Negara Finlandia, bahkan Negara Finlandia dikenal sebagai negara terbahagia di dunia.

Penyakit kronis yang paling sering dihinggapi oleh sebagian besar manusia adalah penyakit malas. Untuk kemajuan diri sendiri maka sifat pemalas terhadap apapun harus dihilangkan. Sering terjadi orang malas beribadah, malas puasa, malas bersedekah, malas berpikir, malas belajar, malas bekerja, malas membaca, malas menulis, malas menelepon, malas berbicara, malas membalas surat, malas mandi, malas olahraga, banyak sekali malas-malas lainnya, semuanya harus dtinggalkan. Diri pribadi ini harus dikelola dengan cara yang lebih professional agar tidak tidak tergilas oleh kemajuan zaman. Manusia yang pintar tetapi pemalas maka akan kalah jika dibandingkan dengan manusia yang rajin walaupun kurang pintar. Orang yang rajin dan gigih dapat mengalahkan orang pintar yang pemalas. Orang yang pandai mengelola diri, biasanya juga pintar dalam mengatur waktu yang hanya 24 jam dalam sehari. Waktu yang singkat tersebut harus dikelola sedemikian rupa agar semua pekerjaan, waktu beribadah, berolahraga, penyaluran hobby, waktu santai bersama keluarga dapat terlaksana dengan baik.

Semangat hidup harus selalu terjaga seperti yang sering dikatakan oleh Prof. Imam Robandi (Guru Besar ITS), bahwa Jika anda sakit ada obat, jika anda kurang uang ada bank, jika anda kurang cerdas ada guru, tetapi jika anda tidak bersemangat maka tunggulah kegagalannya. Semangat bekerja dan beribadah harus selalu terjaga karena menyangkut kehidupan di dunia dan bekal di akhirat. Untuk dapat bersemangat setiap saat harus ada niat dan tekad yang kuat untuk melaksanakannya. Hati yang bersih dan selalu berpikir positif dapat sangat membantu untuk selalu bersemangat bekerja dan beribadah. Banyak sekali orang yang gagal dalam kehidupannya karena semangat yang hilang, se-akan-akan kehidupan di dunia ini membosankan. Pekerjaan rutin yang itu-itu saja dapat mempengaruhi semangat, oleh karena itu hidup harus bervariasi, kadang-kadang perlu bersantai, berlibur bersama keluarga, menyalurkan hobby seperti; berolahraga, mendengarkan music, menyanyi, berburu kuliner, dan sebagainya.

Orang yang paling pandai dan paling mulia menurut Rasulullah SAW adalah manusia yang paling banyak mengingat kematian dan paling keras persiapannya diantara mereka. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas. Mereka pergi dengan kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat”. (HR. Ibnu Abu Ad-Dunya dan HR. Ath-Thabrani). Dengan demikian, orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengelola dirinya untuk kepentingan dunia dan utamanya untuk akhirat. Dunia dijadikannya sebagai ladang amal untuk bekal di akhirat. Orang yang cerdas tidak terpengaruh dengan megahnya dunia dan paham sekali dalam mengendalikan dunia yang penuh dengan tipuan dan godaan setan. Manusia yang cerdas dapat mengatur hubungan dirinya dengan Allah Yang Maha Kuasa dan menjaga hubungannya dengan sesama manusia, sehingga terbentuk diri pribadi yang matang, berdisiplin, keluarga yang sakinah mawaddah, tenteram, harmonis dan sejahtera. Semoga kita semua menjadi pribadi yang baik lahir batin dan pandai bersyukur serta selalu mengingat kebesaran Allah Swt, sehingga hati selalu menjadi tenang. Salam sehat.

*)Tulisan ini dikutip dari Karya buku Firwan Firdaus yang berjudul: Kisah Berkalung Hikmah.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?