By. Firwan Firdaus
Rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Suatu yang yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah atau yang berkenaan dengan keluarga. Berumah-tangga sama dengan berkeluarga, sedangkan berkeluarga berarti orang yang sudah menikah. Sampai sekarang saya masih kurang paham, kenapa orang yang sudah menikah disebut berumah tangga. Padahal tidak semua rumah ada tangganya. Kalau rumah saya tidak ada tangganya, disebut apa ya? Mungkin kita sebut saja rumah berdua jika dirumah tersebut hanya ada suami dengan isterinya. Jika banyak orang dirumah tersebut, mungkin dapat juga kita sebut saja rumah bersama. Berumah-tangga tidak selalu berjalan mulus. Kenyataannya, sering terjadi riak-riak gelombang kecil, sedang dan besar bahkan sampai terjadi kericuhan. Kehidupan rumah tangga ibarat drama gonjang-ganjing yang sering terjadi di dunia sinetron televisi. Gonjang-ganjing yang terjadi kadang-kadang sangat menyedihkan dan menusuk hati yang paling dalam.
Berdasarkan Agama Islam, menikah atau berumahtangga adalah sangat dianjurkan bagi semua umat muslim yang sudah siap lahir dan batin, seperti yang dikatakan-Nya dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 32: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Allah Swt menjamin rezeki orang yang menikah. Oleh karena itu jangan takut untuk menikah. Tambah anak biasanya juga menambah rezeki. Rasulullah Saw juga menganjurkan menikah, seperti yang dikatakan dalam hadis Riwayat Muslim: “Nikah itu termasuk sunnahku. Barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia tidak termasuk golonganku”. Dari penjelasan Al-Qur’an dan hadist tersebut diatas, tidak alasan lagi bagi semua manusia untuk tidak menikah. Pada dasarnya menikah itu dimaksudkan untuk kebahagiaan manusia seutuhnya.
Drama rumah tangga yang terjadi dapat sangat variatif sekali. Ada yang rumah tangganya dalam suasana damai dan tenang-tenang saja, ibarat cuaca terang dengan angin sepoi-sepoi dan sejuk. Ada yang kelihatannya tenang dan sejuk tetapi dibalik itu menyimpan bom waktu yang siap meledak setiap saat. Ada yang selalu cekcok seperti angin ribut yang menerjang apa saja yang ada disekitarnya. Ada juga yang seperti serangan badai memporakporandakan semua yang terdekat dengannya. Ada yang seperti habis diterjang banjir bandang, rumah tangganya langsung lenyap tanpa bekas. Perpisahan atau perceraian memang tidak dilarang dalam agama islam, namun Allah Swt sangat membenci sebuah perceraian. Irama kehidupan berumah tangga ibarat gelombang ombak di pantai, ada pasang naik dan ada pasang surutnya. Setelah terbiasa mengalami gelombang naik turun tersebut, akhirnya terbiasa dan tidak terjadi apa-apa lagi. Paling hanya senyum mesem saja.
Perlu dipahami oleh para suami bahwa pekerjaan ibu rumah tangga adalah sangat berat, jauh lebih berat daripada pekerjaan orang kantoran. Pekerjaan ibu rumah tangga memerlukan kesiapan fisik yang prima, kesabaran yang tinggi, ketelatenan dan kedisiplinan yang ketat, apalagi saat melahirkan anak, sangat luar biasa penderitaannya. Dapat dibayangkan seorang ibu rumah tangga sudah bangun sebelum subuh, belanja sayur mayur, menyiapkan makanan pagi, siang dan malam untuk para suami dan anak-anaknya, mencuci pakaian kotor, mensterika pakaian yang sudah kering, menyapu dan mengepel lantai rumah, membersihkan dan merapikan barang-barang dirumah. Jika anaknya masih kecil, masih ada kewajiban mengantar dan menjemput anaknya di sekolah, dan sebagainya. Malam harinya masih direpotkan lagi mendampingi anak belajar dan melayani suami. Begitu banyaknya pekerjaan seorang ibu rumah tangga sehingga banyak juga seorang ibu rumah tangga yang stress atau sakit karena kelelahan. Para suami seharusnya harus memahami aspek psilo;ogis seorang ibu rumah tangga. Jangan menambah persoalan baru kerumah. Sementara itu, para suami harus bertanggung-jawab penuh dalam memberikan nafkah isteri lahir dan batin serta pendidikan anak-anaknya sampai sang anak dapat hidup mandiri. Para Isteri juga harus dapat memahami kelelahan suami dalam mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarga.
Ada beberapa trik agar rumah tangga selalu langgeng dan damai. Pertama; bahwa perlu dipahami bahwa setiap manusia sudah pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Allah. Suami atau isteri harus dapat menerima semua kekurangan dan kelebihan itu. Ke-dua; saling pengertian diantara suami-isteri menjadi hal yang terbaik untuk mencegah munculnya badai di dalam rumah tangga. Tutup pintu saling salah menyalahkan dengan rapat dan kokoh, agar badai hanya sekedar berlalu diluar pintu rumah tangga. Ke-tiga; saling memahami dengan kebiasaan atau budaya masing-masing pribadi suami atau isteri. Perbedaan kebiasaan atau budaya sesuatu yang lumrah karena lingkungan keluarga saat dibesarkan tentu sangat berbeda. Ke-empat; harus memahami kembali tujuan awal berumah- tangga. Ke-lima; perbedaan pendapat suami-isteri dalam berumah-tangga adalah hal yang biasa terjadi, oleh karena itu jangan mempertajam perbedaan. Cari titik temu persamaan pendapat agar perbedaan semakin mengecil.
Kadang rumput tetangga kelihatan lebih hijau dibandingkan dengan rumput dirumah kita. Padahal tetangga kita juga berpikiran yang sama dengan kita. Fenomena seperti itu, ibarat sawang sinawang, kata orang jawa. Memandang sesuatu hanya dari sudut pandang versinya sendiri-sendiri saja. Apa yang kita lihat, sesungguhya tidak seindah yang kita bayangkan, bahkan yang terjadi mungkin justru kebalikannya. Hindari melihat dan menilai rumah tangga orang lain. Jangan membanding-bandingkan rumah tangga kita dengan rumah tangga orang lain karena situasi dan keadaannya pasti sangat jauh berbeda. Sering terjadi nafsu ingin memiliki sesuatu pada awalnya sangat mengegebu-gebu tetapi setelah memiliki ternyata terasa hambar saja. Ilusi nafsu seperti itu harus dihilangkan dengan cara banyak bersyukur. Menerima apa adanya dan mensyukuri nikmat Allah merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan agar pikiran dan hati kita menjadi tenang, damai dan tenteram.
Sabar, bersyukur dan ikhlas menerima segala keadaan menjadi kunci utama mencapai sukses hidup berumah-tangga. Kehidupan berumah tangga yang bahagia dapat terlihat dari keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Indikator kesuksesan dapat dinilai dari keberhasilan anak-anaknya dalam beberapa hal seperti; tingkat Pendidikan yang tinggi, karier pekerjaannya yang terus menanjak, ketaatan kepada agamanya, dapat hidup mandiri, tidak menyusahkan orang tua, hormat kepada kedua orangtuanya dan cara anak-anaknya memperlakukan kedua orangtuanya. Keluarga yang harmonis memandang pengalaman kehidupan berumahtangga sebagai suatu kenangan indah yang spektakuler, yang tidak akan pernah terlupakan. Pasangan suami- isteri yang baik menjadikan rumah tangga sebagai saham persiapan untuk bekal di akhirat kelak karena kehidupan didunia ini hanya bersifat sementara, kehidupan akhirat itulah yang lebih utama, seperti yang dikatakan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 64: “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui”. Semoga kita semua menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Tenteram, rasa kasih sayang dan cinta, saling menerima kekurangan masing-masing. Aamiin. Salam sehat lahir dan batin.
Semarang, 27 Juli 2024.
Hey people!!!!!
Good mood and good luck to everyone!!!!!
Thank’s a lot.
Trimakasih p. Firwan sharingnya sangat bagus, dpt utk bekal berumah tangga.
Alhamdulillah. Terima kasih pak Bakti.