By. Firwan Firdaus

Sesungguhnya kehidupan di dunia ini penuh dengan resiko bahkan saat manusia baru dilahirkan sudah langsung mengarungi resiko. Ditandai dengan bayi yang baru dilahirkan langsung menangis. Resiko yang terjadi dapat bersifat negative atau positif. Probabilitas terjadinya resiko fifty-fifty atau 50%. Semua pilihan pekerjaan manusia selalu mengandung resiko. Anda sekolah ada resiko gagal, anda bekerja ada resiko kecelakaan kerja, anda berolahraga ada resiko cedera, anda menaik kenderaan selalu ada resiko kecelakaan, anda minum obatpun ada resiko terkena efek samping obat, atau anda melakukan sesuatu pekerjaan apapun selalu mengandung resiko. Bahkan saat anda dalam keadaan diam tidak bergerak atau saat anda tidurpun ada resiko. Resiko untuk wanita, jauh lebih berat dibandingkan pria, karena wanita harus melahirkan anak yang yang penderitaannya sangat luar biasa. Resiko yang dihadapi dapat bersifat skala besar atau skala kecil tergantung apa yang anda kerjakan dan bagaimana cara anda melaksanakannya. Resiko sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ada manusia yang mampu mengatasi resiko yang menghadangnya dan ada juga manusia yang gagal mengatasi resiko yang dilaluinya. Untuk mengatasi resiko yang muncul memang tidak mudah. Menghadapi resiko memerlukan ketabahan, kesabaran, kehati-hatian, ketelitian, ketenangan batin, keberanian, pengendalian emosi dan mental yang kuat.

Allah Swt sudah mengingatkan manusia di dalam surat Al-baqarah(2) ayat 155-156: “Dan sungguh  akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali).” Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa hidup di dunia ini memang tempat ujian menempuh berbagai resiko dan perlu kesabaran yang tinggi untuk menghadapinya. Pada surat Al-Ankabut(29) ayat 2-3, Allah Swt mempertegas dengan mengatakan sebagai berikut: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Allah Swt pasti membantu orang yang taat dijalan yang lurus dan bertaqwa kepada-Nya dan sebaliknya Allah Swt akan menutup hati manusia yang selalu menentang perintah Allah Swt dan tidak mau bertobat kepada-Nya.

Manusia memang harus berjuang dalam menghadapi berbagai resiko hidup di dunia, sebagaimana yang dikatakan Allah Swt di dalam surat Al-Balad(90) ayat 4: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia berada dalam susah payah.” Dan Allah memang dengan sengaja menciptakan resiko itu dengan tujuan utama menguji keimanan semua manusia, seperti yang dikatakan-Nya didalam surat Al-Mulk(67) ayat 2: Allah yang menciptakan hidup dan mati, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Resiko yang dihadapi setiap manusia pasti berbeda-beda, tergantung takdir, usaha, doa dan amal ibadah masing-masing orang. Berat ringannya ujian yang diberikan Allah juga pasti berbeda-beda. Hanya Allah yang maha menahu soal ujian hidup itu.  Yang jelas Allah Swt akan menguji manusia itu sesuai dengan batas kemampuan masing-masing manusia. Keberanian menghadapi resiko juga menjadi factor penting untuk keberhasilan mengatasi setiap resiko yang muncul. Resiko kehidupan yang terbesar dan terburuk adalah tatkala manusia tidak mematuhi perintah Allah Swt dan justru mengerjakan larangan Allah Swt, maka siksa dunia dan neraka di akhirat kelak sudah pasti menunggunya, seperti yang difirmankan Allah Swt didalam Al-Qur.an surat As-Sajdah ayat 20: “Dan Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat kediaman mereka adalah neraka, setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah azab neraka yang dahulu kamu dustakan”.

Kemampuan seseorang dalam menghadapi resiko sangat tergantung pada kekuatan kesabaran dan kedalaman keimanan seseorang dalam menyikapi resiko yang dihadapi. Banyak orang yang gagal menghadapi resiko sehingga menimbulkan perilaku yang frustrasi dan bahkan ada yang sampai bunuh diri karena tidak tahan terhadap resiko kehidupan di dunia ini. Bagi orang yang beriman, sedih dan senang tiada bedanya, keimanannya tidak akan goyah. Seseorang yang beriman akan selalu mensyukuri apapun yang terjadi. Bagi orang yang beriman, resiko kematianpun tidak masalah. Justru kematian itu sesuatu yang ditunggu, mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Bagi orang yang beriman, mati itu adalah pintu masuk ke surganya Allah Swt. Resiko yang paling minimal adalah saat kita merasa bahwa resiko itu bagian dari kehidupan duniawi yang wajar sehingga kita menghadapinya justru dengan mental yang kuat dan diiringi dengan perasaan senang dan gembira tanpa ada perasaan tertekan. Selalu berdoa, berdoa dan berdoa adalah cara yang paling ampuh dalam menghadapi apapun resiko kehidupan di dunia ini. Semoga kita termasuk orang yang bijak dan cerdas dalam menghadapi resiko kehidupan duniawi. Salam sehat lahir dan batin.

Semarang, 29 Juli 2024.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?