By. Firwan Firdaus
Waktu berjalan tanpa dapat dihentikan walaupun hanya sekejab. Tidak satupun manusia yang dapat mengetahui sampai kapan kita diberi waktu. Waktu ibarat pedang bermata dua, jika kita salah menggunakannya, justru akan melukai diri kita sendiri. Sewaktu-waktu kita dapat dipanggil Allah Swt tanpa pemberitahuan lebih dulu. Mumpung masih diberi waktu, segeralah bersujudlah kepada-Nya. Bersujud kepada-Nya dalam artian yang sangat luas. Setiap tindakan kita seharusnya berdasarkan ridho-Nya. Semua perbuatan kita seharusnya mengacu pada petunjuk dan aturan-nya. Menyia-nyiakan waktu sama saja dengan bunuh diri. Waktu yang hilang tidak akan dapat kembali dengan cara apapun kecuali hanya dalam mimpi atau dalam film fiksi. Menghabiskan waktu tanpa bermanfaat menimbulkan kerugian dan penyesalan sepanjang hidup, terutama disaat sudah menua. Penyesalan selalu datang terlambat dan terakhir. Begitu sangat pentingnya waktu, Allah Swt juga sudah bersumpah demi waktu: “Demi waktu, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali ourang-orang yang beriman, beramal shaleh (mengerjakan kebajikan), saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran” [QS. Al-‘Ashr(103)]. Di dalam Surat yang lain Allah Swt juga berfirman: “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur” [QS. Al-Furqan(25): 62].
Pada saat keadaan sehat dan masih muda kadang manusia dapat menjadi lupa, bahwa kehidupan di dunia ini ada batasnya. Batasan hidup itu tiada yang menahu. Sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan, roh kita dapat seketika diambil Allah Swt. Kapan proses pengcabutan roh tersebut tiada yang menahu. Manusia harus menyiapkan diri sedini mungkin agar jangan menyesal di kemudian hari. Dunia ini sesungguhnya adalah tempat ujian dan sekaligus tempat kita menyiapkan diri sebaik mungkin agar dapat memetik buahnya surga di akhirat kelak. Banyak sekali yang tidak ambil pusing dengan masalah waktu dan manfaat, sehingga waktu terbuang percuma tanpa ada manfaatnya samasekali. Melakukan perbuatan baik kadang terasa berat jika tidak diandasi keimanan yang kokoh dan konsisten. Rasulullah juga sudah berpesan: “Siapkan lima sebelum (datangnya) lima, masa hidupmu sebelum datangnya waktu matimu, masa sehatmu sebelum datangnya waktu sakitmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, dan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu” (HR. Baihaqi). Ada hadist yang lain, Rasulullah juga bersabda: “Jika engkau pada waktu sore, maka janganlah menunggu datangnya waktu pagi, dan jika pada waktu pagi maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu untuk beramal sebelum datang waktu sakitmu, dan gunakanlah waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu” (HR. Bukhari).
Dari ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut diatas dapat kita petik pelajaran bahwa mumpung masih diberi waktu maka janganlah menyia-nyiakan waktu dan manfaatkanlah waktu yang ada semaksimal mungkin agar memberi nilai tambah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Banyak sekali manusia yang menyesal di alam kubur, tetapi semuanya sudah terlambat karena tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki diri. Kebanyakan orang selalu terlena dan tertipu dengan kemegahan serta kepalsuan dunia sehingga lupa bahwa hidup di dunia ini ada batasnya. Kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Ali Imran ayat 185). Setiap yang berjiwa pasti merasakan mati (QS Al-Ankabut ayat 57). Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaatpun dan tidak dapat pula meminta percepatan (QS. Al-A’Raf ayat 34). Penyesalan setelah meninggal tidak ada gunanya. Mumpung masih bernafas maka harus sedini mungkin menyesallah dan bertobatlah agar tidak ada lagi penyesalan di kemudian hari. Manusia yang tidak mau menyesal dan bertobat adalah manusia yang sangat bodoh. Padahal Allah Swt sudah memberi peluang diampuni dosa-dosanya untuk siapa saja yang mau bertobat dengan sungguh-sungguh atau tobat nasuha.
Masih banyak sekali manusia yang belum sadar benar tentang esensi keberadaannya di dunia ini. Godaan setan memang sangat luar biasa kuat sekali sehingga kebanyakan manusia hanyut dengan kemegahan dan kesenangan sesaat yang terus menerus menggoda manusia. Sungguh beruntunglah manusia yang selalu menyadari hakekat hidup di dunia ini, dengan selalu mengingat Allah, menjalankan perintah-Nya dan menghindari segala larangan-Nya. Biasanya kalau manusia sudah ditimpa sakit yang berat atau sudah sekarat baru mulai muncul kesadaran dan penyesalan akan perbuatannya selama ini, tetapi inipun masih lebih baik jika dibandingkan bahwa penyesalan itu muncul setelah jadi mayat. Memang tidak mudah menyadarkan manusia yang sudah terlanjur bergelimang dosa karena hidup itu adalah kebiasaan. Kebiasaan yang terus menerus jelek, akhirnya seakan-akan merasa tidak berdosa. Kebiasaan akan membentuk karakter seseorang. Jika manusia membiasakan diri berbuat baik maka karakternya akan menjadi baik. Begitu juga sebaliknya, jika membiasakan diri berbuat jelek maka karakternya akan menjadi jelek selamanya.
Membentuk karakter yang baik harus dimulai sejak bayi atau bahkan sejak kehamilan seorang calon ibu. Jika ibu hamil membiasakan diri berbuat baik, itu akan berpengaruh positif terhadap janinnya dan jika bayi yang baru lahir selalu di dendangkan suara dan bicara yang baik serta indah maka secara psikologis sang bayi ikut merasakan dampak positifnya. Dampak yang nyata nantinya adalah sang bayi bakal tumbuh sehat secara jasmani dan rohani. Segala sesuatunya memang sangat tergantung pada perilaku orang tuanya dan cara mereka mendidik anaknya. Semoga kita semua dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan baik dan bermanfaat serta bernilai ibadah dimata Allah Swt. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Semarang, 18 November 2024.
MasyaAllah…, sebuah tulisan panjang yang sarat dengan nasehat dan pengingat.
Terimakasih, Pak Firwan
Alhamdulillah. Terima kasih bu Tri Mulyani. Salam sehat.