By. Firwan Firdaus
Suka duka semasa kuliah selalu sangat berkesan dihati, sehingga menjadi kenangan indah yang sangat sulit dilupakan. Banyak sekali hikmah yang di dapat dari peristiwa yang dialami diantara sedih dan gembira bercampuk aduk menjadi satu. Khususnya peristiwa yang menyangkut masalah essensial anak kost yaitu; masalah kesulitan keuangan. Peristiwa ini terjadi ketika saya baru duduk di semester dua di Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta tahun 1978. Pagi itu di awal bulan tanggal muda, saya sangat gembira sekali karena biasanya di tanggal satu ada kiriman wesel pos yang sangat di tunggu-tunggu anak kost seperti saya. Pagi sekali tepat jam 06.00, saya bersemangat sekali berangkat dari tempat kost di daerah penumping menuju kampus UGM di bulak sumur. Seperti biasanya, saya hanya berjalan kaki demi menghemat uang. Uang transport Colt Kampus sebesar Rp.100.- saat itu, dapat saya hemat untuk biaya makan. Saat sampai di kampus, saya langsung ke bagian tata usaha fakultas yang biasanya menerima wesel pos yang dialamatkan di Fakultas. Ternyata staf tata usaha fakultas belum ada yang datang. Saking semangatnya, saya datangnya terlalu pagi. Orang yang tidak menahu, mungkin menganggap saya mahasiswa yang sangat rajin, padahal otak saya penuh dengan problem pribadi, bukan problem materi kuliah.
Sekitar jam 07.30, sudah ada beberapa orang staf bagian tata usaha yang baru datang. Saya langsung menuju ke meja pak Topo yang saat itu menjabat kepala tata usaha fakultas. Saya menanyakan tentang wesel pos untuk saya, ternyata belum ada, jawabnya. Padahal biasanya setiap tanggal dua, selalu sudah ada wesel pos yang nongol. Mungkin siang mas, kata pak Topo sambil menghibur saya. Sampai jam 13.00, saya menunggu dengan sabar, ternyata tetap belum ada. Biasanya kakak saya yang membantu saya selama ini tidak pernah terlambat mengirim wesel pos. Hari berikutnya berturut-turut sampai tanggal 10 tetap saja, belum ada. Saya mulai cemas dan berkeringat dingin, karena uang saya sudah benar-benar habis. Untuk makan hari itu, saya sudah tidak punya uang samasekali. Saya biasa makan di warung si mbok, dekat kost-kost-an saya. Menunya tahu, tempe, telur dadar yang dipotong delapan, sayur dan kerupuk. Menunya tetap saja dari hari ke hari, karena menu itulah yang paling murah. Untunglah si mbok warung makan mau menolong saya. Saya bilang ke si mbok bahwa saya belum punya uang karena belum terima kiriman. Mohon bantuannya ya mbok, kata saya terbata-bata.
Si mbok bilang, makan saja dulu, nanti dicatat di buku kecil, kalau sudah ada uang baru bayar, katanya. Saya sedikit lega, walaupun tetap cemas karena belum terbayang entah sampai kapan saya dapat membayar. Saya terenyuh memikirkan kebaikan si mbok warung makan. Walaupun beliau tergolong orang yang susah juga, tetapi masih sempat juga menolong orang yang lagi kesulitan. Saya sangat terharu sekali, ternyata masih ada orang yang baik hati di dunia ini. Rasanya saya pengin menangis, tidak terasa air mata saya menetes mengalir deras. Ya Allah, pertolongan-Mu melalui si Mbok warung makan telah menyelamatkan hidup saya. Setelah satu bulan berlalu, wesl pos untuk saya tidak pernah muncul lagi. Saya mulai panic dan mulai berpikir, bagaimana mencari uang dengan bekerja tetapi tanpa mengganggu kuliah. Hari minggu pagi ini, saya menjual jaket satu-satunya pemberian kakak saya dulu, ke rombeng di pasar kembang dekat malioboro. Jaket tersebut sebenarnya sangat bermanfaat sekali untuk saya, khususnya dapat menjadi penghangat di saat cuaca yang dingin, tetapi apa boleh buat, tidak ada lagi barang lain yang dapat dijual.
Di jalan malioboro saya berjalan mondar-mandir tanpa tujuan. Selagi saya sedang termenung berdiri sendirian di tiang plang reklame, ada seorang turis asing menyapa saya, Wanita yang masih sangat muda bertanya ke saya dalam bahasa Inggris. Saya agak terkejut dan canggung karena belum terbiasa berbicara dalam bahasa Inggris dengan orang asing. Rupanya dia menanyakan hotel yang agak murah di sekitar malioboro. Tanpa basa basi lagi, beliau langsung saya antar ke hotel dekat pasar kembang yang saya menahu tarifnya agak murah. Sambil berjalan kaki, kami mengobrol. Rupanya dia dari Swedia, namanya Ingrid, bekerja di suatu perusahaan swasta, sedang berlibur ke Indonesia. Siang itu Ingrid mengajak saya mengobrol dan jalan-jalan di sekitar malioboro karena ternyata dia sendirian berlibur. Saya berubah profesi jadi guide dadakan. Saya yang sedang terlilit masalah keuangan, oke-oke saja, minimal saya agak terhibur dengan adanya teman dan suasana baru.
Hari itu saya juga menemani Ingrid ke candi prambanan, menonton Ramayana dan jalan-jalan di sekitar candi. Sekitar jam 17.00, kami pulang ke hotel tempat Ingrid menginap. Sebelum pulang Ingrid meminta saya datang lagi besok pagi menemani dia pergi ke candi Borobudur. Sekitar jam 07.00 saya sudah menunggu di hotel tempat Ingrid menginap. Tidak lama kemudian muncul Ingrid dengan pakaian ketat yang sangat seksi. Saya tidak berani memandangnya lama-lama. Selama dalam perjalanan ke Borobudur dengan bus, kami mengobrol tentang budaya Indonesia dan budaya di Sweeden. Ingrid sering bertanya tentang ragam budaya di Indonesia termasuk soal agama yang banyak berbeda di Indonesia. Setelah puas berkeliling di Candi Borobudur, sekitar jam 13.00, kami pulang ke Yogyakarta dengan bus. Sekitar jam 17,30, kami sudah sampai di Hotel, tempat Ingrid menginap. Di Hotel kami sempat mengobrol sebentar. Dia sebenarnya ingin mengajak saya ke Bali, tetapi saya menolak dengan halus karena saya takut terjebak dalam kehidupan bebas. Umumnya orang Swedia banyak berkehidupan bebas, termasuk soal seks dan saya sendiri juga sedang kuliah sehingga tidak memungkinkan pergi jauh.
Sebelum saya pulang, dia meminta Alamat saya. Sebelum saya pamit pulang, Ingrid dengan sangat cepat memasukkan sesuatu ke kantong celana saya. Saya agak terkejut, ternyata isinya uang. Orang Sweden ternyata baik juga, menyatakan terima kasihnya dengan uang. Sampai di tempat kost sudah menunggu teman saya sesama orang Padang yang juga kuliah di Fakultas Farmasi UGM. Teman saya mengajak saya menghadiri pertemuan orang Padang di rumah seorang dokter spesialis yang juga dosen di Fakultas Kedokteran UGM. Disana ternyata ada acara perkenalan anggota baru termasuk saya. Saya sangat senang sekali pertemuan ini, karena makanan khas Padang melimpah, membuat perut saya bergejolak ingin menikmati segala macam hidangan yang menggiurkan. Selain lauk pauk seperti rendang, gulai ayam, gulai ikan, dendeng, juga ada extra fooding seperti; lamang tapai, serabi khas padang, dan sebagainya.
Disana saya mengobrol dengan orang dari Bukittinggi yang sudah agak tua. Ternyata beliau seorang Hakim di Pengadilan Negeri Rembang Jateng, tetapi isteri dan anak-anaknya bertinggal di Yogyakarta. Setelah mengobrol beberapa lama, oleh pak Hakim tersebut saya ditawari mengajari anak-anaknya yang masih sekolah di SMA Yogya (2 orang putri), semacam les private. Tanpa pikir panjang saya langsung bersedia karena saya memang sangat membutuhkan uang untuk makan. Mulailah babak baru kehidupan saya menjadi guru les private untuk anak SMA. Saya mengajar 2 kali seminggu. Mata pelajarannya sesuai permintaan murid. Saya diminta mengajar pelajaran matematika, ilmu kimia, fisika dan bahasa Inggris. Pertama kali mengajar, saya agak canggung karena ini adalah pengalaman pertama menjadi guru. Saya sedikit bersemangat mengajar karena murid saya ternyata cantik sekali, tetapi saya tetap menjaga jarak dan etika. Saya tidak berani memandang matanya karena saya takut sekali jika terlanjur jatuh cinta. Saya focus ke papan tulis sambil menjelaskan pelajaran. Biasanya setelah selesai mengajar saya mendapat makan gratis dari ibunya, dan sebelum pulang ibunya selalu memasukkan amplop berisi uang ke dalam tas saya. Untuk sementara saya dapat bernafas lega, dapat membayar utang ke si mbok warung makan. Sudah 2 bulan berlalu, wesel pos untuk saya benar-benar tidak pernah lagi datang. Entah apa sebenarnya yang terjadi terhadap kakak saya yang selama ini membantu, tiba-tiba kok jadi macet. Untuk menghemat, saya hanya makan sekali sehari. Saya hanya makan di siang hari saja, pagi dan malam cukup minum air putih saja. Setiap hari senin dan kamis saya pilih berpuasa agar pengeluaran dapat seminimal mungkin.
Setelah 3 bulan berlalu, suatu sore hari ketika saya sedang mandi, ibu kost berteriak memanggil saya, bahwa ada beberapa tamu yang mencari saya. Tempat mandinya kebetulan agak terpisah jauh dari tempat kost. Harus menimba air dulu dari sumur untuk mengisi bak kamar mandi. Mencuci pakaianpun dekat kamar mandi bersama-sama dengan tetangga lainnya. Saat sampai di kamar kost, saya kaget, kok ada dua orang kakak saya bersama satu orang famili saya lainnya berada di kamar saya. Kakak saya terlihat sedih, air matanya banjir tergenang di pelupuk matanya melihat kondisi kamar saya, lantainya tanah, tempat tidur saya hanya dipan kecil dari kayu tanpa kasur dan bantal, hanya dialasi tikar. Lampu di kamar saya hanya 5 watt. Agar dapat belajar, tali lampunya saya panjangkan dan di bagian lampunya saya kalungi kertas berbentuk kerucut supaya terangnya lampu terfokus ke buku di meja. Sambil sedikit menahan tangis, kakak saya menyuruh saya pindah kost, cari tempat kost yang lebih baik, katanya. Saya hanya diam seribu bahasa. Hati saya berkecamuk, mau menanyakan kenapa dia tidak mengirim uang, saya tidak berani. Dalam hati saya, mana mungkin saya pindah kost, untuk makan saja saya sudah kesulitan yang sangat luar biasa. Terus uang untuk kost darimana?, kata saya dalam hati.
Belakangan saya dapat informasi, ternyata ada miskomunikasi antara kakak saya dengan kakak saya yang lain. Kakak saya yang lain katanya mau membantu, sehingga kakak saya yang biasa mengirim uang, untuk sementara berhenti mengirim uang.karena dia pikir kakak saya lain sudah mengirim uang juga. Hanya karena miskomunikasi antar kakak saya menyebabkan kehidupan saya menjadi kacau. Setelah kakak saya menahu tentang masalahnya, bulan berikutnya wesel pos lancar lagi seperti sediakala. Memasuki semester 3, saya mendapat kabar baik dari Fakultas. Usulan saya beberapa bulan sebelumnya, untuk mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar ternyata berhasil diterima. Alhamdulilah saya mendapat rezeki beasiswa Supersemar sampai saya tamat kuliah, menjadi Apoteker di tahun 1983.
Hikmah yang saya dapat dari peristiwa ini adalah bahwa potensi manusia ternyata dapat muncul ketika keadaan memaksa. Sampai sekarang saya masih heran, kok saya dapat menjadi guru di kala itu, padahal saya tidak paham cara-cara mengajar yang baik. Saya juga heran, kok saya berani saat itu menjadi guide untuk orang asing, padahal bahasa Inggris saya tidak lancar. Disamping itu ada hikmah yang lain bahwa di setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Selalu ada jalan keluar jika kita mau berusaha. Terakhir yang sangat penting adalah selalulah berdoa dan bersabar di saat ada kesusahan atau musibah, karena semua yang terjadi tidak lepas dari adanya takdir atau izin dari Allah Swt. Untuk orang yang beriman, kesulitan atau musibah dapat diannggap sebagai ujian. Sebaliknya untuk orang yang tidak beriman, musibah dapat dianggap sebagi siksaan. Semoga kita semua selalu mendapat perlindungan-Nya. Aamiin. Salam sehat.
Semarang, 17 Juni 2025.